Minggu, 21 Februari 2010

KABAR TONJONG : PERLUNYA JEMBATAN GANTUNG DI PETENGTENG, TONJONG


JEMBATAN GANTUNG DI TEMBURONG BRUNEI DARUSALAM 2003

Urgensi Jembatan Gantung di Dukuh Petengteng


RADAR TEGAL - Sunday, 21 February 2010
Sebanyak 200 kepala keluarga (KK) yang tinggal di Dukuh Petengteng, Desa Purwadadi, Kecamatan Tonjong, sangat mengharapkan adanya pembangunan permanen terhadap jembatan gantung Dukuh Petengteng yang melintasi aliran Kali Pedes. Mengapa?

LAPORAN: TEGUH S.

SELAIN sebagai sarana penghubung Dukuh Petengteng menuju ke pusat pemerintahan, jembatan tersebut juga dimanfaatkan warga dari dua desa lainnya sebagai sarana penting dalam beraktivitas. Yakni, Desa Tanggeran dan Linggapura.

Kondisi jembatan sepanjang 26 meter tersebut sangat memperihatinkan. Seluruh bangunan jembatan gantung tersebut hanya terbuat dari bambu yang terlihat telah usang. ’’Banyak sekali warga yang mengharapkan jembatan gantung tersebut dapat dibangun secara permanen, sehingga mereka akan lebih mudah dalam beraktivitas sehari-harinya," ungkap Jasman (40), warga Purwadadi. Dikatakannya, meskipun jembatan gantung tersebut hanya terbuat dari bambu. Namun, warga tetap menggantungkan aktivitas sehari-harinya melalui jembatan tersebut.

’’Jembatan itu dilalui warga yang berjalan kaki maupun yang bersepeda motor untuk mengangkut berbagai keperluan. Padahal, kondisinya sangat membahayakan karena beberapa bagian jembatan terlihat sudah rapuh," lanjut Jasman.

Hal senada juga disampaikan H Mahnuri (60), warga Dukuh Petengteng. Dia mengaku, kesulitan untuk mendistribusikan hasil pertaniannya. ’’Selama ini, dalam mendistribusikan hasil pertanian terpaksa dengan jalan dipikul. Sama halnya saat kita membeli pupuk," kata Mahnuri. Sementara, para pelajar juga lebih memilih melalui jembatan tersebut untuk menuju sekolah. Jika tidak melalui jembatan gantung, mereka harus memutar dengan jarak lebih jauh sekitar 2 kilometer.

Kepala Desa (Kades) Nur Hayatuloh mengatakan, pihaknya telah mengupayakan pembangunan jembatan tersebut secara permanen, namun hingga saat ini belum dapat terealisasi. ’’Kami telah mengajukannya melalui kegiatan Musrenbang maupun proposal pembangunan, namun hingga saat ini belum mendapat jawaban," kata Nur.

Melihat pentingnya jembatan tersebut, pihaknya sangat berharap keinginan warga untuk memiliki jembatan permanen dapat segera terwujud. ’’Jembatan tersebut merupakan jalur utama warga, baik untuk perekonomian maupun pendidikan. karenanya diharapkan pemerintah dapat membantu mewujudkan keinginan warga ini," jelasnya. (*)

JALAN ANTAR DESA DAN KECAMATAN BUMIAYU DAN PAGUYANGAN TERANCAM PUTUS


Jalan Kabupaten Terancam Putus


RADAR TEGAL- Sunday, 21 February 2010

PAGUYANGAN - Sejumlah sarana infrastruktur di Kecamatan Paguyangan mengalami kerusakan akibat bencana alam yang terjadi sepekan terakhir ini.

Akibat dari kerusakan tersebut, aktivitas warga terganggu. Kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana alam tersebut di antaranya, jalan kabupaten yang menghubungkan Desa Langkap, Kecamatan Bumiayu, dengan Desa Cilibur, Kecamatan Paguyangan, nyaris putus menyusul terjadinya longsor sepanjang 10 meter di ruas jalan yang masuk wilayah Dukuh Beran, Desa Cilibur.

Ruas jalan tersebut merupakan sarana vital warga Desa Cilibur dalam melakukan aktivitas perekonomian, pendidikan, dan lainnya di Kecamatan Bumiayu. Kepala Desa (Kades) Cilibur Sukirno ketika dikonfirmasi Radar mengatakan, pihaknya merasa khawatir dengan kondisi yang terjadi saat ini. Mengingat jalur tersebut merupakan jalur utama yang dapat menghubungkan Kecamatan Bumiayu, Paguyangan, dan Sirampog.

’’Sebagian besar warga Desa Cilibur memanfaatkan akses jalan tersebut untuk melakukan aktivitasnya ke Bumiayu. Dengan kondisi yang terjadi saat ini, warga sangat merasa khawatir karena jalur tersebut satu-satunya jalan yang dilalui oleh kendaraan umum," jelasnya.

Akibat longsor yag terjadi pada Sabtu (14/2) lalu, saat ini badan jalan hanya menyisakan kurang dari 2 meter. Sementara, kedalaman jurang lebih dari 15 meter. Kondisi ini sangat membahayakan para pengguna jalan. ’’Sebenarnya, mobil masih dapat melalui jalan tersebut, tapi harus sangat hati-hati dan bergantian," terang Sukirno.

Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Kedungoleng, Kecamatan Paguyangan. Ratusan kepala keluarga (KK) di Dukuh Cigobang nyaris terisolir, menyusul ambruknya jembatan Kaliserang yang berada di Dukuh Kedaung, Blok Cibeler, pada Kamis (18/2) lalu. Kades Kedungoleng Suwaryo mengatakan, ambruknya jembatan sepanjang 5 meter dengan lebar 4 meter dan tinggi dari sungai 5 meter tersebut diakibatkan banjir yang terjadi menyusul hujan deras saat itu.

’’Jembatan ambruk setelah salah satu pilar utamanya tergerus oleh aliran sungai yang mengalami banjir. Akibatnya, saat ini warga sangat kesulitan untuk dapat mengakses ke luar wilayah pedukuhan," kata Suwaryo. Jembatan tersebut merupakan akses utama warga Dukuh Cigobang dan Dukuh Kedaung menuju pusat pemerintaha desa dan kecamatan.

Camat Paguyangan Ahmad Hermanto SIP ketika dikonfirmasi Radar membenarkan kondisi yang terjadi di dua desa tersebut. Dikatakannya, untuk sementara penanganan darurat telah dilakukan oleh warga dibantu pemerintahan desa.

’’Hingga kemarin warga Kedungoleng masih melakukan kerja bakti untuk membangun jembatan darurat,’’ tandasnya. ’’Dari laporan yang disampaikan Pemerintahan Desa Kedungoleng, kerugian atas kerusakan tersebut sebesar Rp 25 juta. Kami sendiri telah melaporkan kondisi yang terjadi ke tingkat kabupaten," jelasnya. (pri)

Minggu, 14 Februari 2010

KABAR TONJONG : POTENSI DAN KENDALA INDUSTRI OPAK



Menilik Sentra Industri Krupuk Opak di Desa Tonjong


RADAR TEGAL - MINGGU 14 February 2010
Desa Tonjong, Kecamatan Tonjong, dikenal sebagai daerah penghasil kerupuk berbahan dasar singkong (opak). Sejauhmana potensinya dan kendalanya?

LAPORAN: TEGUH S.

BERDASARKAN data, di Desa Tonjong terdapat lebih dari 50 unit usaha rumah tangga yang menjadikan pembuatan kerupuk opak sebagai sandaraan perekonomian warga.

Tercatat empat pedukuhan yang menjadi sentra pembuatan krupuk opak ini. Di antaranya, Dukuh Krajan, Sokawera, Karangjati, Tonjong Timur, dan Dukuh Gayan.

Dalam proses produksinya, para perajin masih mengolah dengan cara tradisional. Padahal, kerupuk opak buatan Desa Tonjong dipasarkan hingga ke luar kabupaten. Kepala Desa (Kades) Tonjong Maksudi mengatakan, sebagai eksistensi warga dalam menggeluti usaha kerakyatan tersebut, para perajin pernah mengikuti pelatihan penigkatan mutu dan manajemen usaha di Semarang yang difasilitasi pemkab.

’’Perajin juga pernah mendapatkan bantuan alat cetak dari pemkab. Hanya dengan alasan teknis, alat tersebut tidak digunakan. Para perajin kembali mengolah dengan cara tradisional," jelasnya.

Dikatakannya, kendala yang saat ini dialami para perajin yaitu masih belum tercukupinya bahan dasar kerupuk opak berupa singkong. Karena produksi singkong untuk wilayah Kecamatan Tonjong dan sekitarnya tidak lagi mencukupi kebutuhan para perajin.

’’Tanaman singkong baru dapat dipanen satu kali dalam setahun. Sedangkan kebutuhan untuk dijadikan bahan dasar setiap Hari Minggu. Sehingga para perajin terpaksa mendatangkan bahan baku dari luar daerah seperti Kabupaten Tegal," jelas Maksudi.

Kondisi tersebut jelas berdampak pada semakin tingginya anggaran permodalan yang harus dikeluarkan para perajin, hingga pada akhirnya perajin kerupuk opak ini sangat sulit untuk dapat mengembangkan usahanya lebih jauh.

’’Mereka umumnya adalah perajin berskala rumahan, sehingga sangat kesulitan dalam masalah permodalan ini," ungkap Maksudi.

Menurutnya, pemahaman para perajin mengenai akses perbankan yang dapat dijadikan sebagai media permodalan juga sangat minim. Bahkan, mereka merasa takut jika harus mengajukan kredit permodalan melalui perbankan.

’’Untuk itu, saat ini kami tengah mengagas pembentukan koperasi, khususnya bagi para pelaku usaha kerakyatan yang ada di sini. Sehingga diharapkan dengan berdirinya koperasi tersebut dapat dijadikan sebagai penopang masalah permodalan bagi mereka," jelasnya. (*)

KABAR BANTARKAWUNG : JALAN RUSAK, DESA NYARIS TERISOLIR


Jalan Rusak, Desa Nyaris Terisolir

Ditulis oleh Administrator

RADAR TEGAL - Sunday, 14 February 2010

BANTARKAWUNG - Kerusakan ruas jalan kabupaten yang menghubungkan Desa Pruwatan, Kecamatan Bumiayu, dengan Desa Cinanas, Kecamatan Bantarkawung, sepanjang lebih kurang 7 km hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan segera mendapat perbaikan.

Kondisi tersebut menjadi pemikiran serius pihak pemerintahan desa menyusul banyaknya keluhan warga terkait kerusakan jalan, yang merupakan satu-satunya akses utama warga dalam beraktivitas.

Kepala Desa (Kades) Cinanas Drs Toat Riyono saat dikonfirmasi Sabtu (13/2) mengakui, warganya sudah sangat kesal atas kondisi kerusakan jalan yang semakin parah dari waktu ke waktu. Dikatakannya, kerusakan jalan tersebut sudah terjadi sejak lama.

’’Warga di sini seakan terisolasi dengan kondisi jalan yang rusak. Kerusakan jalan juga berimbas pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi warga. Para petani yang membawa hasil panen untuk dijual ke pasar sering kali jatuh di lokasi jalan yang rusak," jelasnya.

Karenanya, sebagai bentuk kekesalan warga, kerap kali pihaknya dianggap tidak serius dalam memimpin pemerintahan desa.

’’Kami sudah sering mendapat komplain dari warga, mengingat selama ini dalam memenuhi kewajibannya mereka selalu taat membayar pajak. Karenanya, mereka juga meminta timbal balik melalui pemeratan pembangunan," kata Toat.

Selain hampir rata-rata aspal jalan terkelupas, di beberapa ruas jalan sama sekali tidak beraspal. Kerusakan jalan sudah terlihat semenjak wilayah Dukuh Tegal Munding, Desa Pruwatan, hingga wilayah Desa Cinanas yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap.

’’Yang kita kasihan itu adalah anak-anak sekolah. Mereka harus berjalan di jalan yang rusak itu. Di Desa Cinanas sendiri saat ini baru berdiri 1 sekolah dasar (SD), sedangkan bagi siswa SMP atau SMA mereka setiap hari harus melalui jalan itu untuk menuju sekolahnya di Desa Pruwatan atau Bumiayu," jelas Toat.

Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintahan Desa Cinanas untuk dapat mewujudkan keinginan warga memiliki akses jalan yang dalam kondisi baik. Namun hingga saat ini keinginan tersebut belum terlihat tanda-tanda akan tercapai. ’’Untuk itu, kita minta kepada pemerintah agar segera merealisasikan perbaikan jalan tersebut, sehingga kondisi ini bisa cepat teratasi dan akses ke daerah itu dapat segera normal kembali," kata dia lagi. (pri)

KOTA BUMIAYU : TOKO DI KALIERANG ROBOH DIHANTAM BANJIR



Toko Roboh Dihantam Banjir
Ditulis oleh Administrator

RADAR TEGAL - Sunday, 14 February 2010

BUMIAYU - Hujan deras yang mengguyur Minggu (14/2) mampu membuat Sungai Erang dan Sungai Keruh -dua sungai besar di wilayah Kecamatan Bumiayu- meluap.

Akibatnya, satu unit toko milik H Mulyadi yang terletak di pingir jembatan Sungai Erang, ruas jalan utama Bumiayu roboh tak tersisa.

Beruntung sebelumnya pemilik toko telah mengevakuasi seluruh barang dagangan berupa produk elektronik, sejak diketahui sayap jembatan mengalami kerusakan akibat banjir sebelumnya yang terjadi pada Kamis (4/2) lalu.

’’Hujan deras terjadi mulai pukul 13.30 WIB. Selanjutnya, pemukaan air sungai meninggi dan sekitar pukul 15.00 WIB bangunan toko terdiri dua lantai tersebut ambrol ke sungai yang sedang banjir. Hanya dalam hitungan detik, toko itu sudah tidak terlihat lagi," beber Ahmad (42), petugas parkir yang berada di sekitar lokasi saat kejadian.

Setelah merobohkan bangunan toko milik Mulyadi, saat ini tebing sungai mengancam keberadaan toko lain di sampingnya. Toko tersebut milik H Yanto, yang berjualan produk meubeler. Bahkan saat ini sebagian tembok toko telah ambrol.

Robohnya bangunan toko tersebut menarik perhatian ratusan warga, yang selanjutnya memadati lokasi kejadian. Musibah tersebut sempat menghambat arus lalulintas di jalan utama Bumiayu, yang juga sebagai jalan provinsi Tegal-Purwokerto. Sebab, sebagian warga memadati jembatan Sungai Erang.

Kepala Dinas Pengairan Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Brebes Ahmad Satibi melalui Kasubsi Dinas Pengairan Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Brebes UPTD Pemali Hulu Tasali saat ditemui Radar di lokasi kejadian mengatakan, selain jembatan Sungai Erang yang berada di dalam Kota Bumiayu, jembatan Sungai Keruh di ruas jalan lingkar Bumiayu juga dalam kondisi mengkhawatirkan.

’’Saat ini kami tengah melakukan pemantauan langsung di lokasi. Beberapa laporan mengenai kerusakan infrastuktur talah masuk, namun kami akan mengecek kondisi di lapangan terlebih dahulu," jelasnya.

HANYUT

Sementara, hujan deras yang terjadi kemarin juga merengut satu korban yakni Rina Rahmawati (8), warga Dukuh Karangdempul RT 06 RW 06, Desa Jatisawit, Kecamatan Bumiayu. Korban dilaporkan hanyut di saluran drainase yang berada di Dukuh Muncang RT 01 RW 08, Desa Jatisawit.

Diperoleh informasi, sebelumnya korban bersama beberapa temannya baru saja mengikuti kegiatan di madrasah (sekolah). Dalam perjalanan pulang, kondisi saluran drainase yang berada di pinggir jalan Dukuh Muncang tersebut meluap akibat hujan deras yang menguyur sebelumnya.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti saat korban tercebur ke saluran. Hanya saja, warga mendapati teman-teman korban yang berteriak histeris bahwa Rina telah tercebur ke saluran.

’’Diduga, korban terpeleset dan jatuh ke saluran. Sebab, saat kejadian tersebut, aliran air di saluran sangat besar. Bahkan hingga meluap ke jalan dan pemukiman warga," kata Ramjad (38), warga yang ikut dalam proses pencarian korban.

Hingga pukul 17.00 WIB kemarin petugas Polsek Bumiayu dibantu warga belum juga menemukan tubuh korban. Bahkan, pencarian dilakukan hingga daerah hilir saluran drainase. Namun, pencarian terkendala dengan masih tingginya arus air di drainase yang memiliki kedalaman sekitar 70 cm tersebut.

Kapolres Brebes AKBP Beno Louhenapessy SIK MH melalui Kapolsek Bumiayu AKP Bowo Ciptohadi menuturkan, proses pencarian yang dibantu warga akan tetap dilaksanakan dengan menyusuri aliran drainase.

’’Setelah mendapatkan laporan dari masyarakat, kita segera turun ke lokasi. Pencarian bersama warga dimulai dari titik lokasi jatuhnya korban, seperti yang dilaporkan hinga ke arah hilir," jelasnya. (pri)

KOTA BUMIAYU : BONGKAR MUAT BARANG MINIM PENGAWASAN


Aktivitas Bongkar Muat Minim Pengawasan


RADAR TEGAL- Friday, 12 February 2010

BUMIAYU - Meskipun sebelumnya telah disepakati peraturan mengenai jam beroperasinya kegiatan bongkar-muat barang di sepanjang jalan utama Bumiayu antara pengusaha dan pihak muspika -termasuk Dinas Perhubungan dan Kepolisian-, namun dalam perkembangannya masih terdapat beberapa pengusaha yang membandel dengan melakukan aktivitas bongkar muat di luar waktu yang disepakati.

Kesepakatan yang diputuskan pada November 2008 lalu itu mengatur kegiatan bongkar muat barang. Untuk bongkar muat barang dengan menggunakan kendaraan jenis truk tronton maupun gandeng hanya diperbolehkan melakukan aktivitas pukul 14.00 - 07.00 WIB, dengan menggunakan rute masuk Kecamatan Bumiayu melalui arah selatan.

Untuk kendaraan yang berasal dari arah Tegal dapat melalui jalan lingkar Bumiayu. Sedangkan kendaraan angkutan lain, seperti colt diesel maupun jenis yang lebih kecil, tidak ada batasan waktu. Hanya saja mereka diminta untuk memperhatikan ketertiban parker.

Namun, dengan masih adanya pengusaha yang melakukan bongkar muat di luar waktu yang ditentukan, ini menuai beragam sorotan dan sejumlah pihak. Sebab, kegiatan tersebut dinilai akan mengganggu pengguna jalan lainnya.

’’Kecamatan Bumiayu sendiri memiliki tingkat mobilitas warga yang tinggi, terutama di sentra-sentra perdagangan. Yakni, di pasar dan toko-toko yang berada di sepanjang jalan. Untuk itu, perlu adanya langkah nyata tindakan tegas dari pihak terkait untuk mengatur aktivitas tersebut, sehingga tidak mengganggu keamanan dan ketertiban kota," tandas Slamet Riyadi, seorang aktivis LSM Gugat.

Dikatakannya, penerapan jam bongkar muat akan dapat terlihat hasilnya jika mendapat pengawasan secara intensif. Selain itu, masih adanya truk masuk wilayah kota di saat jam-jam sibuk juga membuat kekhawatiran warga, mengingat sebelumnya sempat terjadi kecelakaan hingga memakan korban jiwa.

’’Pilihan itu lebih baik daripada kita harus bertaruh dengan resiko terulangnya kejadian serupa yang membahayakan. Diharapkan para pengusaha juga dapat menyadari arti keselamatan warga lainnya," paparnya. Menurut dia, selain jam beroperasinya kegiatan bongkar muat, sudah saatnya aparat terkait juga memfungsikan rambu-rambu lalulintas yang selama ini dinilai tidak lagi diindahkan oleh pengendara kendaraan.

Camat Bumiayu Amrin Alfi Umar SIP saat dikonfirmasi Radar terkait hal tersebut menyatakan, pihaknya tidak memungkiri masih ada beberapa pengusaha yang melakukan aktivitas bongkar muat di luar jam beroperasi yang telah ditentukan. Untuk itu, menurut Amrin, pihaknya akan segera melakukan kordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan sanksi tegas.

’’Dalam pengawasan perlu dilakukan secara bersama-sama. Karenanya kita akan melakukan koordinasi demi terlaksananya kesepakatan yang pernah dibuat. Hal tersebut memang perlu dilakukan dengan pertimbangan tingginya aktivitas warga di pusat keramaian, terutama di jam-jam sibuk," jelasnya. (pri)

Senin, 01 Februari 2010

DURIAN KALIGADUNG, HIJAU TAPI MANIS



Durian Kaligadung, Hijau Tapi Manis

RADAR TEGAL - Selasa, 22 Desember 2009

BUMIAYU - Meskipun nama durian Kaligadung kalah pamor dengan durian montong maupun petruk, namun tetap banyak diminati pelanggannya khususnya oleh warga di sekitar Kecamatan Bumiayu.

Akhir Tahun 2009 ini merupakan dimulainya musim durian. Hal tersebut dapat terlihat dengan munculnya banyak pedagang durian di sepanjang jalan raya Tegal-Purwokerto mulai dari pertigaan Kaligadung-Benda hingga Kalisalak. Suin (45), salah seorang penjual durian membenarkan bahwa saat ini merupakam awal dari musim panen durian. "Seluruh durian dihasilkan dari para petani di daerah Desa Kaligadung ini. Saat ini belum terlalu banyak penjual. Namun jika memasuki pertengahan musim panen, penjual akan bertambah banyak. Sehingga di lokasi ini sangat mirip dengan pasar durian," kata Suin.

Beda durian Kaligadung dengan jenis lainnya adalah meskipun kulitnya masih berwarna hijau, namun buah di dalamnya berwarna kuning dan matang. Dan harga yang ditawarkanpun relatif lebih murah dibandingkan jenis lainnya. "Saat ini harga yang kami tawarkan bekisar antara Rp 7.500 hingga Rp 25.000 tergantung ukuran dan kualitas buah. Harga tersebut akan semakin menurun ketika musim panen mencapai puncaknya," jelas Suin.

Keberadaan para penjual yang berjualan di sepanjang jalan provinsi tersebut membuat daya tarik bagi para pengguna jalan. Tidak sedikit di antara mereka yang singgah untuk mencicipi kelezatan buah tersebut. Tingginya curah hujan, menurut Suin, sangat berpengaruh pada kualitas buah. Sehingga diperlukan perawatan ekstra untuk menjaga kualitasnya.

"Berbagai penyakit sangat mudah menjangkiti tanaman saat musim hujan. Untuk menanggulanginya, kami memberikan penyemprotan anti hama," lanjut Suin. Dalam setiap hari, Suin mampu menjual sedikitnya 100 butir durian. Saat puncak musim panen, durian Kaligadung juga dijual sampai keluar daerah seperti Cilacap, Cirebon, dan Jakarta. (pri)

Sumber berita Radar Tegal