Jumat, 29 April 2011

PENGALAMAN MASUK KA'BAH MASJIDIL HARAM MEKKAH

OLEH T.GUNAWAN RAZUKI




RUANG DALAM KA'BAH
Saya sempat memotret Ka'bah dan Masjidil Haram dg kamera Nikon F3 (atas dan bawah)



Mengenang 22 tahun yang lalu tepatnya tanggal 22 Maret 1989 ketika bertugas di KJRI Jeddah Saudi Arabia, adalah menghadiri acara pencucian Ka'bah di Masjidil Haram di kota Mekah.

Pengalaman spiritual yang tak terlupakan adalah diberi anugerah oleh Allah swt untuk memasuki Ka'bah, ada peraturan baru mulai saat itu demi keamanan, undangan yang bisa memasuki Ka'bah , dari diplomat Indonesia hanya 2 orang yaitu Duta Besar RI di Riyadh dan Konsul Jenderal RI di Jeddah , tentunya saya sebagai Staf Diplomatik tidak termasuk.

Sebagaimana diketahui pada tahun-tahun sebelumnya adalah Pimpinan dan semua staf laki2 dari KBRI dan KJRI, asal berpakaian jas lengkap bisa memasuki Ka'bah pada acara pencucian Ka'bah yang diadakan pada pertengahan bulan Shaban, pintu Ka'bah dibuka hanya setahun sekali dan 1 Dulhijah adalah pembukaan dan penggantian baru Kiswa atau kain hitam penutup bangunan Ka'bah.

Oleh karena itu sangat mustahil dan dengan penjagaan yang ketat dari para askar2 atau polisi yang berlapis memutari Ka'bah, orang yang tidak mempunyai tanda pengenal bisa memasuki dan mendekat Ka'bah apalagi memasuki pintu Ka'bah dan mengunjungi dalam Ka'bah.

Seketika itu secara spontan saya bersujud diluar ring askar di belakang Maqom Ibrahim menghadap arah Batu Hajar Aswad dan Pintu Ka'bah yaitu Multazam, berdoa memohon kepada Allah SWT agar kali ini menjelang tugas selesai di Jeddah selama 4 tahun, diberi kesempatan dapat memasuki Ka'bah, sebelum pulang ke tanah air Indonesia

Alhamdulillah, saya bangun sambil memandang Ka'bah, tanpa disangka ada seorang Askar menggandeng tangan saya dan mempersilahkan saya melewati penjagaan askar , menaiki tangga dan memasuki Ka'bah.

Didalam Ka'bah saya sujud syukur, airmata menetes membasahi pipi, benar2 takjub luar biasa atas kebesaran Allah mengabulkan doa saya,.... dapat masuk Ka'bah tanpa rintangan apapun walau tanpa memakai tanda pengenal dan semua staf KBRI dan KJRI diluar ring askar melihat saya terbengong-bengong, heran. takjub, dan tidak mungkin... saya bisa masuk Ka'bah...Allahhu Akbar...Allah Maha Besar ..
( OLEH T.GUNAWANRAZUKI , RAFFLES HILLS CIBUBUR JAKARTA ))

KENANGAN MENYAKSIKAN ACARA PENCUCIAN KA'BAH 1989

OLEH T.GUNAWAN RAZUKI












Orang pertama yang memulai tradisi pencucian Ka'bah di Masjidil Harram Mekkah adalah Nabi Muhammad SAW. .

Hal ini berlangsung saat penaklukan Mekkah. Nabi yang dikirim kunci Ka'bah dari Othman Bin Taha Al Qurashi Al Sheybi dengan tujuan untuk menghancurkan patung-patung. Al Sheybi dihubungi Nabi melalui cucu kelimanya yang bernama Qussay Bin Kilaab. Nabi mengintruksikan agar pencucian Ka'bah dengan air zam zam , dicuci di bagian luar dan dalamnya.

Sejak saat itu kemudian pencucian Ka'bah menjadi tradisi sejak masa Nabi Muhammad SAW sampai saat ini.
Pencucian ini dilaksanakan dalam setahun 2 kali. Pertama pada 1 Dhul Hijja Ka'bah dicuci dan penggantian serta ditutup dengan Kiswa (kain penutup bangunan Ka'bah) yang baru.

Kedua pada pertengahan bulan Shaaban sewaktu pintu Ka'bah dibuka dengan kunci yang panjangnya 30 cm yang memiliki lubang disisinya.
Seperti diketahui pintu Ka'bah hanya dibuka hanya sekali setahun yakni pada pertengahan bulan Shaaban.

Upacara pencucian ini pada pagi hari setelah matahari terbit.
Penjaga pintu Ka'bah, Sheikh Assim Al Sheybi, asistennya Dr. Saleh Al Sheybi, semua anggota keluarga Sheybi, pejabat dan pegawai Masjidil Harram Mekkah, semuanya menyiapkan air zam zam, ember yang berisi air mawar, sapu serta wewangian.

Kesemua ini dibawa kedalam sebelum kedatangan Gubernur Mekkah yang akan memulai prosesi pencucian Ka'bah.
Setelah selesai persiapan, Gubernur Mekkah, para pejabat serta pegawai juga para diplomat asing yang beragama Islam dipersilahkan memasuki pintu Ka'bah satu persatu.

Semuanya mulai menyapu serta mencuci serta mambasahkan dinding dalam Ka'bah hingga setinggi orang saja, serta mengepel lantai Ka'bah dangan air zam dan air mawar .
( OLEH T.GUNAWAN RAZUKI )
Sumber koran "Saudi Gazette" 23 Maret 1989

Selasa, 26 April 2011

PEMANDIAN AIR PANAS CIPANAS BUARAN DAN TIRTA HUSADA PAGUYANGAN - BUMIAYU BREBES






Cipanas dan Tirta Husada adalah Tempat pemandian air panas untuk terapi penyakit diantaranya penyakit pegal-pegal, rheumatik, dan juga sebagai tempat rekreasi yang cukup nyaman apalagi waktu musim liburan datang, terletak di desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan.

Air Panas Cipanas Buarana
* Lokasi : Desa Pangebatan kecamatan Bantarkawung.
* Jarak Tempuh : Dari Ibu Kota Kabupaten 70 Km dan dari Kota Bumiayu 6 Km
* Luas Kawasan : 1 Ha
* Di Bangun : Tahun 1976
* DayaTarik Wisata : Pemandangan alam pegunungan hutan pinus , Air panas yang dapat menyembuhkan penyakit kulit , rematik dan lain lain.
* Fasilitas : Kamar mandi, penginapan ekonomi dan utama, kolam renang anak dan mushola, warung makan dan tempat parkir.

Pemandian Air Panas Tirta Husada Kedungoleng.
* Lokasi : Desa Kedungoleng
* Jarak Tempuh : Dari Ibukota Kabupaten 75Km, Ibukota Kecamatan 6 Km, Dari Kota Bumiayu 12 Km.
* Daya Tarik Wisata : Pemandangan Alam Pegunungan Hutan pinus , mandi air panas yang dapat menyembuhkan penyakit kulit, rematik dan lain lain.
* Fasilitas : Kamar Mandi, tempat bermain anak anak, gasebo, tempat parkir, dan warung makan.
Wisata Indonesia Surga Dunia



Read more: http://www.wisatanesia.com/2010/05/pemandian-cipanas-dan-tirta-husada.html#ixzz1KhPjfPaa

Kamis, 14 April 2011

KERAJINAN BATIK SALEM BREBES




Batik Salem Dikenal Paling Orisinal

Suara Merdeka, Suwandono


NAMA batik salem di telinga masyarakat awam masih belum setenar batik asal Solo, Yogyakarta, atau Pekalongan. Batik produksi itu pun masih sebatas industri rumah tangga. Namun, siapa sangka batik buatan masyarakat Desa Bentar dan Bentarsari, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes tersebut mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki batik mana pun di daerah lain.

Rumah mungil Hj Ratminah (62) tampak asri di tengah perkampungan warga Desa Bentar yang padat. Sederetan tanaman hias terawat dengan baik di halaman rumah yang cukup sempit. Tidak ada tanda khusus yang dipasang di depan rumah, baik papan nama maupun sekadar tulisan di dinding. Namun manakala memasuki ruang tamu rumah, akan terlihat aktivitas perusahaan batik milik sang empu rumah.

Sebuah etalase kecil dari bahan kayu menjadi penyekat ruang tamu dengan ruang keluarga. Di dalam etalase tampak kain-kain bermotif batik ditata secara rapi dalam dua sap rak. Dari cara penataan, tercermin pemilik etalase adalah orang yang teliti dan sabar. Setiap kain ditata secara terpisah menurut jenis motif dan bahan kain.

"Beginilah, kami memajang kain-kain batik untuk pengunjung yang ingin memesan," kata Ratminah dengan roman cerah.

Bagaimana sejarah keberadaan batik di tengah masyarakat Salem yang berkultur Sunda itu? Menurut kisah yang diceritakan Ratminah, sekitar 1917 seorang putri pejabat dari Pekalongan mengunjungi wilayah Salem. Di daerah itu, sang putri jatuh hati pada pemuda setempat. Mereka akhirnya menikah dan menetap di Desa Bentar. Sejak saat itu masyarakat, terutama kaum wanita mulai mengenal kerajinan batik yang ditularkan sang putri. Ratminah yang merupakan cucu putri Pekalongan itu termasuk salah satu perajin batik terbesar di desa tersebut.

Selain Ratminah, terdapat sekitar 140 perajin batik di Desa Bentar dan 200 orang di Desa Bentarsari. Uniknya, mereka yang menguasai keterampilan batik berasal dari kalangan wanita yakni ibu rumah tangga dan pelajar sekolah.

Skala Rumah Tangga

Perajin batik Salem tidak sama dengan perajin dari Yogya, Solo, ataupun Pekalongan. Di ketiga daerah itu perajin membuat batik secara industrial, sedangkan di Salem produksi batik masih berskala rumah tangga. Para ibu membuat batik hanya untuk mengisi waktu luang seusai melakukan tugas rumah. Sebagian lainnya ada yang sambil menunggu kios atau warung di depan rumah.

Meski hanya pengisi waktu luang, produk batik salem tidak kalah dibandingkan dengan batik produksi daerah lain. Menurut H Ilyas, suami Ratminah, dalam pameran kerajinan daerah yang digelar Pemerintah Provinsi Jateng di Semarang beberapa tahun lalu, batik salem diakui paling orisinal di antara semua jenis batik. Ketika itu, Ny Ginanjar Kartasasmita yang hadir dalam acara tersebut menyatakan kekagumannya pada keaslian dan keunikan batik salem.

Di mana letak orisinalitas batik salem? Ilyas mengemukakan, ciri khas yang tetap dipertahankan perajin batik salem hingga sekarang adalah 100% bikinan tangan.

"Justru karena pakai tangan, mereka tidak diburu waktu dan bikin sebaik-baiknya," ujar Ilyas.

Di daerah lain, kebiasaan itu telah lama ditinggalkan para perajin, karena dianggap kurang produktif dan efisien. Terdapat beberapa kelebihan batik tangan dibandingkan dengan batik yang dibuat dengan cap. Yang paling utama, hasil karya batik tangan lebih artistik. Nilai lebih itulah yang membuat batik tangan diburu para kolektor batik. Selain itu, batik tangan juga lebih panjang dari segi usia.

Ilyas menambahkan, terdapat 20 jenis motif yang dibuat perajin batik salem. Dari ke-20 motif, tiga di antaranya merupakan yang terbaik dan paling diminati pembeli. Ketiga jenis motif tersebut tidak dapat diproduksi secara industrial, tetapi hanya dapat dibuat dengan tangan. Itu pun hanya perajin yang berpengalaman bertahun-tahun dan memiliki ketelitian ekstra yang mampu melakukannya. Ketiga motif tersebut adalah motif kopi pecah, manggar, dan sawat rantai. (Suwandono-37s)

Jumat, 08 April 2011

UNSOED PURWOKERTO AKAN MENDIRIKAN FAKULTAS BARU DI WANATIRTA PAGUYANGAN BREBES



Perluas Akses Pendidikan, UNSOED siap Bekerjasama dengan Pemkab BREBES

Oleh Humas UNSOED PURWOKERTO (Rab, 06/04/2011 - 09:09)

Selasa, 5 April 2011, Rektor Unsoed Prof Edy Yuwono, Ph.D dan Bupati Brebes H. Agung Widyantoro, S.H.,M.Si dan rombongan mengadakan pertemuan di Ruang Rapat Rektor, Gedung Rektorat Universitas Jenderal Soedirman. Pertemuan ini dalam rangka membahas penawaran dari Kabupaten Brebes tentang rencana pendirian Fakultas di Kabupaten Brebes. Dengan adanya Unsoed di Brebes diharapkan akses pendidikan bagi masyarakat Brebes semakin terbuka, masyarakat yang tadinya tidak mampu kuliah karena keterbatasan biaya untuk hidup dan biaya tinggal dapat menempuh pendidikan di Brebes. Disamping itu juga akan meningkatkan perekonomian Kab brebes, Pengembangan Kawasan, dan mengembangkan lebih lanjut misi Pemkab Brebes.

Bupati Brebes, H. Agung Widyantoro,S.H.,M.Si mempresentasikan rencana yang ditawarkan Kabupaten Brebes. Diantaranya tentang lahan yang telah disiapkan dan Unsoed dipersilahkan untuk memilih yaitu Lokasi Bekas Pasar Sayur, Eks Sub Terminal, BPP Bumiayu, dan Kawasan di Desa Wanatirta. Mengenai Fakultas yang akan didirikan Pemkab Brebes mengusulkan Fakultas Kehutanan dan Perkebunan atau Fakultas Pendidikan maupun kebidanan, akan tetapi tetap akan menyerahkan sepenuhnya ke Unsoed.

Rektor Unsoed yang pada kesempatan tersebut didampingi Pembantu Rektor I, II, IV, Ketua LP3K, dan kabiro AAK menyambut baik apa yang disampaikan Bupati Brebes. Pembantu Rektor IV, Ir. Budi Rustomo, M.Rur.Sc.,Ph.D menyatakan ketertarikannya dengan lahan di Desa Wanatirta, sebab tidak sekedar bisa dkembangkan sebagai Fakultas akan tetapi bisa juga untuk Agroeduwisata. Sementara itu, Pembantu Rektor II siap mendukung dan menyampaikan bahwa Luas Areal Tanah yang dibutuhkan sekitar 10 Ha.

Pembantu Rektor I, Prof.Dr.Ir.Masyedi Sumaryadi, MS menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan hal-hal yang harus diperhatikan saat akan mendirikan Fakultas baru diantaranya adalah terserapnya tenaga kerja dari Fakultas tersebut.

Dalam pertemuan ini disepakati akan dilaksanakan pertemuan lagi sebagai tindak lanjut dan Unsoed serta Pemkab brebes diharapkan segera membentuk tim kerja untuk merealisasikan kerjasama ini