Sabtu, 28 November 2009
DIJUAL TANAH , DISEWAKAN TOKO DI KALIERANG BUMIAYU - BREBES JATENG
LOKASI DI JL. AHMAD DAHLAN (DEPAN SMA MUHAMADIYAH) KALIERANG BUMIAYU - BREBES JATENG
LOKASI STRATEGIS DI JALAN H.AHMAD DAHLAN KALIERANG, KAPLING EKSKLUSIF, BELAKANG TERMINAL BUS BUMIAYU, HARGA MURAH
Dijual tanah kapling dan disewakan toko di depan SMA Muhamadiyah Kalierang Bumiayu dan disamping Terminal Bus Bumiayu :
1. Ukuran tanah : 90 m2 (15 x 6), 180 m2 ( 20 x 9), 100 m2 (5x20) dan lainnya
2. Sertipikat Hak Milik
3. Komplek dengan pagar tembok keliling
4. PAM, Listrik
5. Belakang POM bensin MINI
6. Jalan masuk 4 meter
7. Harga Rp 500.000 per m2, bisa nego
8. Sudah terjual 4 kapling dan sudah ada yg dibangun rumah dan usaha.
Bisa lihat lokasi hubungi Yudi di kantin Pom Mini, depan SMA Muhamadiyah Kalierang Jl. H. A Dahlan Kalierang atau sebelum terminal Bus Bumiayu dari arah Rumah Sakit Umum Bumiayu.
Atau dengan : Pak Haji Gunawan 0815 11 22 45 60
Diposkan oleh T. GUNAWAN RAZUKI di 00:58
0 komentar:
Rabu, 18 November 2009
HUJAN DERAS, BUMIAYU BANJIR - 18-11-2009
Hujan Deras, Bumiayu Banjir
Ditulis oleh Administrator
RADAR TEGAL ,Wednesday, 18 November 2009
ImageBUMIAYU - Hujan yang mengguyur Kecamatan Bumiayu dan sekitarnya selama lebih kurang 3 jam, Rabu (18/11), mengakibatkan sejumlah ruas jalan dan pemukiman warga tergenang air.
Genangan air di beberapa wilayah bahkan mencapai 50 sentimeter. Diantaranya di sepanjang ruas Jl Pangeran Diponegoro mulai depan Kantor Pegadaian Bumiayu, ruas jalan Desa Kalierang, serta sebelum pertigaan Bumiayu-Bantarkawung.
Selain itu, Kali Laren yang melintasi Jl Jendral Soedirman Desa Laren meluap hingga ke jalan raya. Akibatnya, beberapa pengendara sepeda motor tidak berani melintasi ruas jalan tersebut. "Hujannya sangat lebat, sehingga saluran air dan sungai meluap," kata Witno (33), warga Dukuh Laren Desa Laren Kecamatan Bumiayu.
Selain menggenangi ruas jalan Laren yang juga merupakan jalan utama Bumiayu-Salem, air juga menggenangi sejumlah pemukiman warga di Blok Legok Desa Laren. "Wilayah kami ini sudah langganan tergenang air, jika terjadi hujan lebat dengan intensitas cukup lama," ungkap Wardini (38), salah srang warga.
Tergenangnya beberapa ruas jalan utama Bumiayu sempat memacetkan ruas jalan. Utamanya bagi pengguna kendaraan roda dua. Kondisi ini, tidak luput menuai sorotan dari beberapa kalangan. Utamanya terkait tidak berfungsinya saluran drainase yang berfungsi untuk mengalirkan genangan air.
"Selain disebabkan hujan deras, genangan air juga disebabkan tidak berfungsinya saluran drainase di beberapa lokasi. Sehingga air tidak dapat tersalurkan, akhirnya menggenangi permukaan jalan," papar Untung Imam Subagio (46), salah seorang tokoh masyarakat Desa Dukuhturi, Bumiayu.
Terjadinya genangan air yang menutupi sejumlah ruas jalan, dimanfaatkan sekelompok pemuda untuk membantu mengatur lalu lintas. Bahkan, tidak jarang mereka juga membantu mendorong kendaraan yang mogok, akibat terjebak air. (pri)
Komentar
Jumat, 13 November 2009
GEMERICIK AIR KEBUN TEH KALIGUA PAGUYANGAN BREBES
MELIHAT KALIGUA DARI BUMIAYU
Wisata Alam
Gemericik Air Kebun Teh
KOMPAS
Sejuk dan alami. Begitulah kesan yang diperoleh saat kita berkunjung ke Tuk atau Telaga Bening, di tengah perkebunan teh Kaligua, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Udara yang nyaris bebas polusi, menghilangkan penat dan rasa lelah.
Gemericik air dari tuk menjadi nyanyian alam yang selalu menghiasi kawasan tersebut. Seperti namanya, air Tuk Bening benar-benar bening dan bersih dari kotoran. Air tersebut tidak hanya dapat digunakan untuk mencuci muka, tetapi juga diminum.
Kebun Teh Kaligua merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Brebes yang berada dalam pengelolaan PT Perkebunan Nusantara IX. Kawasan tersebut berada di kaki Gunung Slamet pada ketinggian antara 1.500 hingga 2.100 meter di atas permukaan air laut.
Berjarak sekitar 20 kilometer dari ibu kota Kecamatan Bumiayu, Brebes, Kebun Teh Kaligua dapat dicapai dalam waktu sekitar 30 menit dari Bumiayu, dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sekitar dua kilometer di bawah kawasan wisata tersebut, pengunjung juga dapat melihat obyek wisata Telaga Ranjeng, yaitu telaga yang dipenuhi dengan ikan lele.
Sebagai sebuah perkebunan, Kaligua didominasi tanaman teh yang tertata rapi. Meskipun demikian, kawasan tersebut juga menawarkan fasilitas wisata lain yang tak kalah istimewa. Salah satunya yaitu Tuk Bening dan arena kegiatan luar ruang (outbond), yang terletak pada satu kawasan.
Air Tuk Bening terus mengalir sepanjang hari, di atas bebatuan besar yang bisa digunakan untuk pijakan kaki. Pengelola Wisata Kebun Teh Kaligua, Marjono, menuturkan, air Tuk Bening berasal dari sumur dalam tanah. Air tersebut belum terkontaminasi kotoran, sehingga layak untuk diminum. "Dari segi ilmiah, air itu masih benar-benar bersih dan belum terkontaminasi apa pun," ujarnya.
Di antara gemericik air bening tersebut, pengunjung bisa menikmati wisata alam lainnya, melalui outbond. Menurut Marjono, pihaknya menawarkan lima jenis permainan, yaitu merayap dengan mata tertutup, memindahkan racun dengan tali, jembatan goyang, titian di atas samudra, dan pipa bocor.
Semua peralatan dan instruktur sudah disediakan oleh pengelola obyek wisata. Biaya outbond relatif murah, hanya Rp 100.000 per regu, berisi maksimal 10 orang. "Kami memiliki instruktur tiga angkatan yang bersertifikat provinsi, jumlahnya delapan orang," kata Marjono.
Untuk mencapai lokasi Tuk Bening maupun arena outbond, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun menyewa kereta wisata yang disediakan oleh pengelola obyek wisata tersebut. Kereta dengan kapasitas tujuh orang tersebut dapat dinikmati dengan biaya Rp 100.000.
Selain ke Tuk Bening, kereta wisata juga siap mengantar pengunjung berkeliling kebun, hingga puncak Sakub, pada ketinggian 2.050 meter di atas permukaan air laut. Pada puncak Sakub, pengunjung bisa melihat dengan jelas puncak Gunung Slamet.
Pengelola Wisata Kebun Teh Kaligua juga menyediakan wisata paket dengan harga terjangkau. Di sana tersedia 19 kamar penginapan dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 400.000 per malam. (Siwi Nurbiajanti)
KEINDAHAN DI KAKI GUNUNG SLAMET
Gunung Slamet difoto dari Desa Kalierang Bumiayu ,Brebes oleh T.Gunawan
Monday, March 16, 2009
Keindahan di Kaki Gunung Slamet
Objek agrowisata Kaligua terletak di kabupaten Brebes tepatnya di kecamatan Paguyangan Desa Pandansari.Agrowisata kaligua berada di ketinggian ±900 m dpl sehingga tak heran jika sepanjang hari daerah ini penuh kabut dan mempunyai curah hujan yang tinggi.untuk mencapai daerah ini pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 15 km dari kota Bumiayu atau 10 km dari Paguyangan.untuk mencapai objek ini pengunjung harus bersabar dan jangan terburu-buru karena disamping menanjak dan berkelok kelok,jalan yang harus ditempuh sebagian masih kurang bersahabat karena rusak.tetapi bagi petualang sejati tak jadi masalah, malah merupakan menjadi tantangan tersendiri yang mengasyikan.
Di sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan panorama perbukitan yang menawan dibumbui hamparan tanaman sayur-sayuran milik penduduk yang menggambarkan sebuah daerah agraris yang penuh ketenangan.
AGROWISATA KALIGUA merupakan hamparan luas dari sebuah perkebunan teh milik PTP Nusantara IX (Persero) salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menguasai hajat hidup orang banyak, terutama masyarakat Desa Kaligua, yang mayoritas berpencaharian sebagai pegawai dan buruh di perkebunan teh PT(Persero)Perkebunan Nusantara IX .
Agrowisata kebun teh kaligua bukan sekedar hamparan kebun teh yang luas, tetapi juga memiliki beberapa objek yang perlu dikunjungi, antara lain:
1. Petilasan Nyi Ronggeng
Petilasan Nyi Ronggeng merupakan objek wisata yang pertama kali dapat dijumpai karena jaraknya yang cukup dekat dari pintu masuk utama, sekitar 100 meter petilasan Nyi Ronggeng merupakan sebuah gubuk yang di dalamnya terdapat sebuah patung wanita yang sangat cantik dan dikelilingi oleh pepohonan yang rindang sehingga terkesan sejuk. Kebersihan objek wisata ini sangat terawat menambah pesona keindahan yang alami.
Petilasan Nyi Ronggeng menjumpai sejarah yang tidak semua orang mengetahuinya. Dahulu, pada masa pendudukan Belanda di Indonesia ada sebuah perkebunan teh yang cukup luas dan mempekerjakan ratusan orang. Dari ratusan pekerja ada seorang pekerja yang sangat rajin, dia selalu bernyanyi ketika sedang bekerja da perkebunan. Van De Djong seorang Belanda, pemilik serta pendiri perkebunan teh, mendengar berita tersebut Van De Djong akhirnya memerintahkan pekerja wanita tersebut untuk menghibur para pekerja dengan bernyanyi pada tiap malam, para pekerja menyebutnya dengan sebutan ronggeng, untuk mengenang pengabdiannya penduduk setempat membangun gubuk dengan sebuah patung wanita di dalamnya. Sekarang tempat tersebut dinamakan petilasan Nyi Ronggeng.
2. Pertapaan gua barat
Gua barat berada di bawah pepohonan yang rimbun, di dalam rombunan itu nampak celah sempit yang merupakan mulut gua di antara bebatuan besar, gua barat merupakangua yang alamiah, menurut penuturan salah seorang warga setempat gua barat terbentuk karena adanya angin yang cukup kencang yang berputar di satu tempat di bagian barat sehingga menimbulkan lubang yang cukup dalam.
Untuk masuk ke gua barat dibutuhkan tali yang cukup kuat dan di ikat vertikal, kegiatan ini berisiko tinggi dan tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam. Maka untuk mengurangi resiko, pengunjung yang ingin turun ke gua harus satu persatu. Ada keistimewaan dari gua barat yaitu di dalamnya relung yang sangat luas dan di dasar gua dapat dirasakan hembusan angin yang tidak tahu dari mana asalnya.
3. Makam Van De Djong
Makam Van De Djong merupakan sabuah makam yang di keramatkan oleh masyarakat desa setempat, makam tersebut cukup bersih dan terawat dengan baik. Sebenarnya jasad Makam Van De Djong tidak dikubur di tempat ini, tetapi makam ini dibangun oleh warga sebagai simbolisasi untuk mengenang jasadnya. Makam mbah De Djong begitu warga setempat ini menyebutnya, tidak ada yang istimewa dari makam ini, namun orang yang disebut mbah De Djong inilah yang istimewa. Di sekeliling pemakaman terdapat beberapa pohon cemara dan beringin yang rindang dan ukurannya cukup besar.
Van De Djong adalah orang Belanda yang beragama Islam, dia membangun perkebunan teh yang dulunya adalah hutan belantara yang tak seorang pun berani memasukinya. Dengan penuh perjuangan dia membangun lahan seluas 600 hektar itu menjadi perkebunan teh yang subur, tidak hanya membangun perkebunan teh, dia juga membangun pabrik yang dinamakan dengan pabrik teh hitam, yang sekarang berkembang dengan sangat pesat.
4. Makam Mbah Djoko
Makam Mbah Djoko makam peninggalan sejarah yang terdapat di obyek wisata agro Kaligua yaitu makam mbah djoko. Makam ini letaknya cukup jauh dari pintu masuk utama sekitar 500 m, makam ini merupakan tempat dikuburkannya para biksu yang mengajarkan agama Budha pada masyarakat Kaligua pada masa pendudukan Jepang.
Pemberian nama Mbah Djoko pada para biksu dikarenakan biksu tersebut hidup membujang, tidak menikah sehingga disebut djoko oleh masyarakat Jawa atau lebih dikenal dengan sebutan mbah djoko. Warga masyarakat mengeramatkan makam ini, dan selalu memberi sesajen serta membakar dupa untuk kemudian diletakkan di makam Mbah Djoko sebagai penghormatan.
5. Gardu Pandang Tarwuh dan Gardu Pandang Sakub
Gardu Pandang tarwuh dan gardu pandang sakub merupakan tempat yang cukup tinggi di antara obyek wisata yang ada di Kaligua. Gardu Pandang sakub terletak di sebelah utara ujung timur, tepatnya di timur laut dengan ketinggian mencapai 2050 meter di atas permukaan air laut, sedangkan gardu pandang tarwuh terletak di sebelah selatan dari perkebunan teh. Gardu Pandang tarwuh lebih rendah bila dibandingkan dengan gardu pandang sakub, namun keindahan kedua tempat tersebut tidak jauh berbeda.
Pemandangan yang di tampakan oleh dua tempat ini cukup indah dan memesona, luas perkebunan dan hijaunya teh yang siap panen serta hawa dingin yang merasuk sampai ke tulang membuat dua obyek wisata ini selalu menjadi tujuan bagi para pengunjung dan kedua gardu ini dapat memperlihatkan seluruh obyek wisata yang ada di sekitar Kaligua.
6. Pabrik teh hitam
Pabrik teh hitam adalah sebuah pabrik teh terbesar di Kaligua yang menggunakan peralatan mesin kuno namun kualitasnya tetap bagus dan mesin cukup terawat sehingga kelayakannya terjamin. Lokasinya berada di tengah pemukiman penduduk yang ramah dan tenaga kerja yang profesional.
Pabrik ini dibangun pada tahun 1889 oleh Van De Djong pada masa penjajahan Belanda. Van de djong membawa bendera perusahaan bernama Van Jhon Pletan sebagai 60 perwakilan NN Culture Under Neming Belanda di Indonesia, tepat pada tanggal 1 juni 1889 sebuah perkebunan teh dan pabrik teh hitam resmi berdiri, untuk merayakan keberhasilannya Van de Djong mengadakan pesta dengan mengundang sebuah grup ronggeng, setiap malam kesenian ronggeng selalu menghibur masyarakat, kemudian untuk mengenang peristiwa itu setiap tanggal 1 Juni masyarakat Kaligua selalu mengadakan pentas seni tradisional.
7. Sumber mata air Tuk Bening
Sebuah sumber mata air yang sangat bersih dan mengalir cukup deras menuju sebuah kolam dari sumber mata air dinamakan tuk bening, sedangkan aliran tersebut dinamakan tuk Sidayu. Ada beberapa kepercayaan mengenai sumber mata air yang sangat bening, sehingga di keramat dan melalui juru kunci Mbah Sanurtam beberapa orang dari berbagai daerah meminta untuk dimandikan dengan dibacakan mantra, air dari sumber mata air ini memiliki beberapa khasiat antara lain untuk obat awet muda, cepat mendapat jodoh, agar naik jabatan untuk ilmu pelet dan sebagainya.
Dari beberapa orang yang dimandikan oleh Mbah Sanurtam ada yang ingin sukses dan naik jabatan dengan cepat, menurut penuturan Mbah Sanurtam, air tuk bening sangat manjur dan berkhasiat.
8. Gua Jepang
Merupakan gua peninggalan Jepang dengan ukuran panjang 1 km dan lebar 1,5 meter perkebunan teh yang cukup luas di sebelah timur, tampak mulut gua, tidak sulit untuk menemukan gua Jepang, karena terdapat papan penunjuk arah yang akan menuntun kita menuju tempat ini.
Gua Jepang dibangun pada tahun 1941 hingga 1942 oleh Jepang dengan mempekerjakan masyarakat setempat. Jepang mewajibkan perwakilan pemuda dari desa terdekat untuk membangun gua, kerja paksa tersebut dinamakan dengan Romusha. Pemuda yang diwajibkan Romusha antara lain dari desa Kaligua, Kalikidang, Gronggongan, Taman, dan Pandansari. Pekerjaan ini sangat melelahkan dan imbalannya tidak sebanding dengan keringat yang diteteskan. Mereka hanya dibayar 5 sen sehari, tanpa makan dan minum bahkan tidak ada waktu istirahat.
Gua Jepang dibangun dengan tujuan untuk melindungi Jepang dari serangan musuh. Selain membangun gua, Jepang juga melakukan kegiatan semacam perdagangan yang disebut Delimit. Delimit adalah pembelian barang dari para petani dengan harga yang sangat murah. Para petani dipaksa untuk menjual hasil panen kepada Jepang dengan harga yang sudah ditentukan oleh pihak Jepang. Delimit ini sangat merugikan bagi para petani. Hasil panen yang sudah dibeli dengan cara delimit ditimbun oleh Jepang di dalam gua sebagai cadangan makanan jika sewaktu-waktu musuh menyerang.
Setelah Indonesia merdeka, kemudian timbunan makanan dan pakaian di dalam gua diambil para petani yang sudah dirugikan. Untuk mengenang tersebut warga setempat menjaga keutuhan gua tersebut, dan hingga sekarang masih berdiri kokoh dan dinamakan Gua Jepang. Sekarang tempat tersebut menjadi salah satu obyek wisata di Kaligua. Jika ada pengunjung yang ingin masuk ke dalam gua harus diantar oleh seorang pemandu.
9. Telaga Ranjeng
Telaga Ranjeng adalah satu-satunya obyek wisata yang berada di luar kawasan obyek agrowisata Kaligua, tetapi jaraknya tidak terlalu jauh sekitar 1 km. Obyek wisata ini merupakan sebuah danau yang sangat luas, luasnya sekitar 1600 m2 dan sangat dalam, sehingga airnya sangat tenang, selain ini di tepi danau juga ada sebuah tempat, semacam kubangan air yang berisi ratusan ikan lele yang memadatinya.
Obyek wisata ini adalah obyek wisata yang sangat misterius karena terdapat kejadian-kejadian yang takhayul sering terjadi di sini, seperti ribuan ikan lele ukuran kerdil yang aneh. Konon jika ada orang yang mengambil lele di tempat ini maka dia akan mendapat musibah di kemudian hari. Selain itu telaga atau danau itu sendiri juga sangat misterius karena tidak ada satu pun perahu yang berada di danau ini, justru karena kemisteriusan tempat inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang hendak berlibur, karena suasana di telaga ini sangat tenang, damai dan udara yang sangat sejuk, serta kabut tebal yang menyelimuti telaga seakan membuat jiwa kita tenteram berada di tempat ini.
http://ahmadreza89.wordpress.com/2009
Posted by KALIGUA AGROTOURISM at 8:43 PM
Selasa, 10 November 2009
BERITA DARI DESA BENDA KECAMATAN SIRAMPOG
SUARA MERDEKA -Lintas Pantura
11 Nopember 2009
Kuburan Lia Farodisa Dibongkar
BUMIAYU- Makam Lia Farodisa, balita empat tahun asal Desa Benda Kecamatan Sirampog, Brebes yang diduga korban kekerasan, kemarin dibongkar pihak kepolisian Resort (Polres) Brebes guna keperluan otopsi.
Seperti diberitakan (SM, 6/11), sebelumnya Jajaran Reskrim Polres Brebes melakukan olah TKP di rumah korban. Hasil olah TKP, petugas mengamankan sapu ijuk yang diduga kuat menjadi alat untuk menganiaya korban. Saat itu, Kasat Reskrim Polres Brebes AKP Sugeng SH juga mengatakan akan membongkar makam korban guna keperluan otopsi.
Otopsi yang dilakukan mulai pukul 10.00 itu mengundang perhatian banyak warga. Ratusan warga mulai berdatangan ke lokasi, tempat pemakaman umum Desa Benda sejak pukul 08.00. Mereka menyaksikan otopsi dari belakang tali pembatas yang dipasang polisi. Untuk kelancaran proses otopsi sejumlah petugas diterjunkan di sepanjang tali pembatas.
Proses otopsi diawali penggalian makam Lia Farodisa selama lebih kurang 20 menit. Otopsi melibatkan Unit Identifikasi dan Dokpol Polda Jateng, Polwil Pekalongan dan Polres Brebes.
Pelaksanaan otopsi dipimpin oleh dr Prasetiyo Krisnadi, Dr Suwondo dan AKP Lis Prasetyo. Dalam otopsi tersebut tidak terlihat orangtua maupun keluarga Lia Farodisa. Sumber Suara Merdeka menyebutkan, mereka sengaja tidak dihadirkan untuk menjaga situasi yang tidak diinginkan.
Bukti Otentik
Kapolres Brebes AKBP Beno Louhenapessy SIK MH melalui Kasat Reskrim Polres Brebes AKP Sugeng SH mengatakan, otopsi dilakukan untuk melengkapi alat bukti atas dugaan tindak kekerasan yang dialami oleh korban (Lia Farodisa). “Hasil otopsi ini nanti akan menjadi bukti di pengadilan. Hasilnya akan menjadi bukti otentik apakah korban meninggal akibat kekerasan atau tidak,” katanya.
Kasus dugaan kekerasan terhadap balita yang meninggal 24 Oktober lalu tersebut terkuak karena kecurigaan warga atas kematian korban yang sangat mendadak, sebelumnya korban terlihat segar bugar. Kecurigan warga bertambah ketika jenazahnya dimandikan terdapat luka-luka pada bagian kepala dan tubuh korban. Kecurigaan warga itu akhirnya dilaporkan secara resmi ke pihak kepolisian sektor (Polsek) Sirampog.
Sugeng mengatakan, saat ini pihaknya telah mengamankan S, ibu tiri korban yang diduga sebagai pelaku tindak kekerasan terhadap korban. Menurut Sugeng, kasus dugaan tindak kekerasan tersebut berawal dari kecemburuan dan kekesalan pelaku. Selama ini uang pelaku hasil bekerja sebagai TKI digunakan oleh suami untuk berfoya-foya dan menikah lagi. Kekesalan korban akhirnya dilampiaskan kepada korban.
Sementara itu, diperoleh keterangan dari Kepala Desa Benda Naghib Shodiq SPdI, keluarga dari ibu kandung korban meminta kasus tersebut diusut tuntas. “Kalau bersalah ya harus dihukum,” ucap Naghib menirukan pernyataan pihak keluarga korban. (H51-47)
Selasa, 03 November 2009
BERITA DARI BANTARKAWUNG DAN SIRAMPOG
Pilkades Pakai Coblosan
Ditulis oleh Administrator RADAR TEGAL
RADAR TEGAL - Tuesday, 03 November 2009
BANTARKAWUNG - Tiga desa di wilayah Kecamatan Bantarkawung dan Sirampog, dalam waktu dekat akan melaksanakan kegiatan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades).
Sekcam Bantarkawung, Wahono, mengatakan, dua desa di Kecamatan Bantarkawung yang akan menggelar pilkades adalah Desa Waru dan Desa Karangpari. Saat ini, menurut Wahono, masing-masing desa telah membentuk panitia pelaksanaan pilkades, bahkan telah terbentuk jadwal tahapan pelaksanaannya."Saat ini, tengah berjalan pada tahap pengajuan lamaran bakal calon," jelasnya kemarin.
Dikatakan, pelaksanaan pilkades di dua desa menyusul habisnya masa jabatan kades Waru serta mengisi kekosongan jabatan kades di Desa Karangpari. Kades Waru telah habis masa jabatannya Oktober lalu. Sementara untuk Desa Karangpari telah mengalami kekosongan jabatan kades sejak tujuh bulan, setelah kades sebelumnya, Rohman, mengundurkan diri dari jabatannya.
"Dari jadwal yang disampaikan masing-masing desa, pelaksanaan pilkades untuk Desa Karangpari 10 Desember. Sementara Desa Waru akan digelar pada tanggal 16 Desember," papar Wahono. Dalam pelaksanaannya nanti, pemilihan kepala desa akan menggunakan dengan sistem coblos. Kondisi itu didasari atas kesepakatan warga dari dua desa dengan pertimbangan memberikan kemudahan bagi warga yang tinggal di pelosok desa, utamanya bagi lansia.
"Dari pengajuan yang disampaikan penitia desa, pelaksanaan pemungutan suara pilkades nantinya tidak menggunakan sistem contreng, tetapi dengan pencoblosan. Sistem tersebut sebelumnya telah melalui kesepakatan dengan warga masyarakat," ujarnya.
Sementara satu desa di Kecamatan Sirampog yakni Desa Mendala juga akan melaksanakan kegiatan Pilkades yang dijadwalkan pada 8 November. Pilkades tersebut sebagai upaya menggantikan Nasikun Hadikusmanto yang kini menjadi anggota DPRD Kabupaten Brebes. (pri)
Komentar
Tulis Komentar
Tulis Kom
Langganan:
Postingan (Atom)