Selasa, 03 Mei 2011
SITUASI SANGAT MENCEKAM DLM KERUSUHAN DI YANGON MYANMAR SEPTEMBER 2007, oleh T.GUNAWAN RAZUKI
Wartawan Jepang saat ditembak oleh tentara Myanmar waktu meliput demontrasi di Yangon
HOTEL SUMMIT PARK VIEW YANGON DEKAT KBRI YANGON MYANMAR
PASAR KAKI LIMA DI YANGON
KOTA YANGON MYANMAR
FOTO-FOTO SAAT DEMONTRASI DAN KERUSUHAN DI YANGON MYANMAR SEPTEMBER 2007
Foto-foto dari : " Suara Merdeka" dan koran lainnya
PENGALAMAN TUGAS DI KBRI YANGON : "SITUASI SANGAT MENCEKAM DALAM KERUSUHAN DI YANGON MYANMAR SEPTEMBER 2007 ".
oleh : T.Gunawan Razuki, 2006-2007 pernah bertugas sebagai Counsellor Pensosbud KBRI Yangon Myanmar
Pagi itu Kamis 27 September 2007 cuaca kota Yangon Myanmar cukup cerah, saya mengendarai mobil Nissan VIP warna putih cukup tua tahunnya untuk ukuran Indonesia, dengan perlahan keluar pintu gerbang komplek perumahan staf KBRI Yangon berjarak cukup dekat 2 km ke kantor KBRI.
Hati ini berdetak keras dan pikiran tegang, saya lihat disudut -sudut jalan komplek perumahan KBRI banyak truk penuh tentara Myanmar siap tembak, sedang parkir, dan juga banyak tentara di sepanjang depan Kedutaan Besar Cina dipasang barikade kawat berduri dan berderet tumpukan karung pasir para tentara Myanmar berjaga sepanjang jalan menuju kantor KBRI.
Memang kota Yangon hampir sama dengan kota Bogor tahun 1970-an, mobil2 keluaran tahun 1960 - 70 an, kadang ada maobil mewah seperti Pajero, Mercedes itupun milik Perwakilan Asing dan Konglomerat Myanmar.
Situasi Yangon sangat mencekam, akibat tiap hari terjadi demontrasi anti Pemerintah Myanmar,terlihat bus-bus sebagai angkutan umum sepi, motor tidak ada sudah lama dilarang di kota Yangon demi alasan keamanan,toko-toko bahan makanan banyak yang tutup, komunikasi telpon dan internet sangat susah diakses, koran satu-satunya milik Pemerintah hanya menyajikan berita propaganda Pemerintah Myanmar saja.
Seperti diketahui bahwa mobile phone atau hand-phone sangat jarang digunakan karena mahalnya harga Nomer HP sampai US$ 3.000 lebih hampir Rp 30 juta untuk beli nomer saja itupun harus melalui kantor Telkom Myanmar dan dengan birokrasi yang berbelit, oleh karena itu bagi warga asing yang membawa hand phome masuk Myanmar sama sekali tidak bisa dipakai untuk komunikasi karena sudah diblokir.
Beberapa Perwakilan Asing sudah banyak yang mengevakuasi warganya ke luar negeri, karena situasi keamanan kota Yangon yang tidak menentu.
Mengingat itu, sebagai Pejabat Fungsional Pensosbud,saya melaporkan dan mengusulkan kepada KUAI KBRI Yangon Bapak Philemon Arobaya, agar mengadakan rapat dengan warga masyarakat Indonesia untuk membahas situasi dan mempersiapkan rencana evakuasi keluar negeri.
Kemudian berkoordinasi dengan Pejabat Fungsional Protokol Konsuler Bapak Adi Kuntarto serta Atase Pertahanan Kolonel Dedi, siang itu di Balai Mitra KBRI Yangon berlangsung rapat dengan WNI serta seluruh staf lebih kurang 75 orang.
Akhirnya diputuskan jika situasi Myanmar tidak terkendali lagi serta kerusahan semakin meningkat, maka KBRI menyediakan 3 tempat penampungan sebelum mengevakusasi ke luar negeri, yaitu di kantor KBRI, komplek perumahan Home staf serta Flat Lokal staf.
Jam malam sudah diberlakukan mulai jam 9 malam sampai jam 5 pagi, sehingga sangat menyulitkan bagi warga Muslim yang sedang menjalan ibadah Puasa dan sholat Tarawih bersama yang diadakan di Masjid komplek Flat lokal staf.
Selesai rapat sore itu segera saya mengirim berita hasil rapat antara KBRI dan WNI tentang tempat penampungan WNI dan rencana evakuasi dengan pesawat udara yaitu Lion Air yang sedang disewa Pemerintah Myanmar, berita itu dikirim melalui internet ke Direktorat Diplomasi Publik Deplu Jakarta untuk dimuat di website http://www.deplu.go.id (laporan ini terlampir dibawah).
Itulah akses internet yang terakhir yang bisa keluar, setelah itu hubungan internet dengan dunia luar diputus, saya sangat beruntung karena besok harinya saya lihat di media televisi Indonesia, sebagai satu-satunya akses parabola belum diputus, diberitakan hasil rapat di KBRI Yangon tanggal 27 September 2007.
Saya dan keluarga sore itu mencari toko-toko yang masih dibuka, dan dipinggir kota di super market kulihat orang-orang penuh berjubel untuk belanja barang-barang keperluan sehari-hari seperti beras, bahan lauk pauk, minuman dan lainnya untuk berjaga-jaga jika situasi keamanan di Yangon tak terkendali, banyaknya kerusuhan demonstran serta penembakan para pengunjuk rasa, sehingga dikuatirkan tidak ada bahan makanan yang dijual.
Situasi Yangon lebih mencekam lagi dengan tertembaknya wartawan Jepang oleh tentara Myanmar yang sedang meliput demontrasi , ditambah ratusan mahasiswa, rakyat serta biksu Budha yang ditangkapi, situasi sangat traumatis bagi rakyat Myanmar ketika mengenang peristiwa pada tahun 1988 dimana pada saat itu ribuan orang bergelimpangan di tembak tentara Myanmar ketika berdemontrasi di kota Yangon Myanmar. ( OLEH : T.GUNAWAN RAZUKI )
STAF KBRI YANGON MYANMAR SEPTEMBER 2007
WISMA DUTA KBRI YANGON MYANMAR SEPTEMBER 2007
BERITA TTG SITUASI TERAKHIR YANGON DIBERBAGAI MEDIA YG DIKIRIM OLEH KBRI YANGON :
UPAYA PERLINDUNGAN WNI DI MYANMAR
Deplu go.id - 01 Oktober 2007
KBRI Yangon mengadakan pertemuan dengan WNI di Myanmar guna membahas situasi politik dan keamanan di Myanmar yang semakin genting. Pertemuan ini dilaksanakan di Balai Mitra KBRI Yangon Myanmar pada tanggal 27 September 2007. Hadir dalam pertemuan tersebut Athan RI, Pejabat Fungsi Pensosbud, Pejabat Fungsi Protokol Konsuler serta Staf KBRI bersama lebih kurang 60 masyarakat Indonesia yang berkerja dari berbagai perusahaan, kantor PBB dan lainnya.
Mengingat situasi di Myanmar saat ini, Athan KBRI Yangon dalam kesempatan itu menyampaikan Protap untuk WNI di Myanmar jika terjadi situasi di Myanmar yang tidak terkendali lagi. Langkah tersebut antara lain membuka tempat-tempat penampungan bagi WNI di tiga tempat yaitu di KBRI Yangon, di Rumah Indonesia komplek perumahan Home Staff serta di " Guest House " Komplek Sekolah serta Flat Lokal Staf. Kemudian melakukan evakusasi lewat udara menuju Bangkok atau Singapura terus ke Jakarta.
Pertemuan ini dinilai sangat bermanfaat untuk mencari solusi pengamanan dan perlindungan bagi WNI. Jumlah WNI di Myanmar saat ini ltidak kurang dari 250 orang termasuk Staf KBRI berjumlah 50 orang, masyarakat Indonesia terdiri dari pejabat di WHO, pengusaha, pelaut, crew "Lion Air", pekerja di perminyakan, dan lainnya.
Mulai tanggal 25 September 2007 di kota Yangon dan Mandalay telah diberlakukan jam malam dari pukul 21.00 sampai 05.00 pagi selama 60 hari. Berkaitan dengan hal tersebut KBRI telah membuka Posko untuk mengantisipasi perkembangan terkini di Myanmar. Demontrasi yang terjadi setiap hari berdampak terhadap perekonomian sehari-hari terutama di Yangon seperti berkurangnya bahan makanan dengan ditutupnya toko-toko, sulit menukar ke uang setempat, komunikasi telepon keluar dibatasi, susahnya transpotasi dan lain-lain.
Dengan adanya pertemuan tersebut diharapkan adanya ketenangan WNI di Myanmar sebagai bentuk pembinaan masyarakat dan bantuan serta perlindungan WNI dari KBRI Yangon Myanmar pada situasi apapun. (pw)- dari Pensosbud KBRI Yangon/Tam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
serem pak.
BalasHapus