Jumat, 30 Oktober 2009

JALAN LINGKAR BUMIAYU DIUSULKAN STATUSNYA MENJADI JALAN PROVINSI




SUARA MERDEKA 30 Oktober 2009

Pemkab Akui Pemeliharaan Jalan Lingkar Cukup Berat


BUMIAYU - Dinas PU dan Tata Ruang Pemkab Brebes mengaku berat membiayai pemeliharaan Jalan Lingkar Bumiayu. Karenanya, ruas jalan sepanjang 5,7 kilometer tersebut sedang diusulkan statusnya untuk ditingkatkan menjadi jalan provinsi.

Kepala Dinas PU dan Tata Ruang Pemkab Brebes Slamet Riyadi menyampaikan hal itu, usai menghadiri penutupan kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) Sengkuyung Tahap II di Desa Linggapura, Kecamatan Tonjong, kemarin. ’’Status jalan lingkar sedang kami usulkan ke provinsi agar menjadi kewenangan Bina Marga Provinsi Jateng,’’ katanya.

Menurut Slamet, usulan peningkatan status menjadi jalan provinsi, karena Pemkab merasa berat mencadangkan dana pemeliharaan Jalan Lingkar. Saat ini dana pemeliharaan jalan lingkar setiap tahunnnya dialokasikan Rp 50 juta. Padahal idealnya, untuk pemeliharaan jalan lingkar dibutuhkan anggaran mencapai Rp 200 juta.

Jika Pemkab memaksakan biaya pemeliharaan jalan lingkar, maka akan menyedot anggaran pembangunan sektor lainnya. ’’Beban pemeliharaan Jalan Lingkar setiap tahunnya cukup besar. Jika dipaksakan maka akan mengurangi anggaran pembangunan sektor lainnya,’’ kata dia.

Selain itu, katanya, Jalan Lingkar Bumiayu termasuk jalur padat kendaraan, mulai dari bus hingga kendaraan berat. Untuk itu, kami mengusulkan agar jalan tersebut diusulkan menjadi jalan provinsi,’’ kata Slamet.

Rp 67 Miliar

Sementara disinggung pembangunan Jalan Lingkar tahap II,
Slamet mengatakan, telah mengusulkan pembangunannya ke pemerintah pusat. Menurut dia, untuk menjadikan jalan lingkar menjadi empat lajur (saat ini dua lajur), dibutuhkan dana sekitar Rp 67 miliar. ’’Pemkab jelas tidak mampu.

Karenanya kami telah mengusulkan pembangunan jalan lingkar tahap berikutnya ke pemerintah pusat,’’ kata dia.

Jalan Lingkar Bumiayu yang dibangun untuk mengatasi kemacetan di dalam ruas kota Bumiayu diresmikan November 2004.

Ruas sepanjang 5,7 kilometer dengan tiga buah jembatan tersebut dibangun dengan dana APBD sekitar 22,3 miliar, Pemprov Jateng Rp 3,2 miliar (APBD dengan Ingub) dan bantuan pemerintah pusat dalam bentuk rangka baja jembatan dengan bentang 60 meter.

Anggota DPRD Brebes drh HM Agus Sutrisno mendukung peningkatan status Jalan Lingkar Bumiayu menjadi jalan provinsi.

Alasannya, di samping menyedot dana pemeliharaan yang cukup besar, jalan lingkar merupakan jalur vital kelas nasional yang menghubungkan antarkabupaten.

’’Memang selayaknya Jalan Lingkar Bumiayu dijadikan jalan Provinsi. Pasalnya bila jalan tersebut masih bersatatus jalan kabupaten, maka jalan tersebut akan terus rusak karena tidak akan mampu menahan puluhan kendaraan berat yang melintas,’’ katanya. (H51-15)

Selasa, 27 Oktober 2009

PETANI TONJONG KESULITAN OLAH LAHAN



Petani Kesulitan Olah Lahan

Radar Tegal - Ditulis oleh Administrator
Monday, 26 October 2009

TONJONG - Hujan yang mulai mengguyur di beberapa wilayah yang ada di Brebes Bagian selatan, disambut gembira para petani dengan mulai menggarap lawah pesawahannya.

Namun, kondisi itu tidak dialami oleh puluhan petani yang memiliki lahan pertanian yang berada di Blok Kedungwuni dan blok Pecangakan Desa Tonjong Kecamatan Tonjong. Ini disebabkan belum di perbakinya saluran bendung Ubid yang terputus akibat longsor pada satu tahun lalu. Saluran irigasi Kedung Wuni dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian seluas 40 hektare.

Akibatnya para pemilik lahan disana terpaksa menyewakan lahannya kepada warga lain untuk di tanami jenis tanaman bawang. "Pilihan itu kami tempuh dengan pertimbangan minimnya pasokan air sambil menunggu perbaikan irigasi," kata Kandar (41), salah seorang pemilik lahan dan juga petani.

Untuk mendapatkan pengairan, mereka berusaha dengan jalan memompa air dari sungai glagah yang berada tidak jauh dari lahan pertanian. "Beralih pada tanaman bawang ini baru bersifat uji coba, kalau berhasil kami lanjutkan tapi kalaupun tidak kami akan kembali pada tanam padi," jelas Khambali (45), warga Pecangakan yang telah menyewa lahan setengah hektare.

Dikatakan pula, sebelumnya lokasi tersebut sangat produktif sekali ditanami padi. Tapi, setelah saluran irigasi terputus, para petani membiarkan lahannya tanpa ditanami lagi. "Lahan ini sepenuhnya bergantung pada saluran itu, jadi setelah putus para petani hanya bisa pasrah. Kami sendiri berharap saluran tersebut dapat segera diperbaiki, sehingga para petani kembali dfapat mengolah lahannya," kata Khambali.

Terpisah, Dinas Pengairan Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Pemali Hulu, Arifin, melalui staf pengairan, Tasali, mengatakan, untuk proses perbaikan saluran irigasi tersebut saat ini telah di bahas di tingkat kabupaten. "Laporannya telah kami sampaikan ketingkat Kabupaten untuk selanjutnya dilakukan pembahasan," jelasnya. (pri)
Komentar

1219 CALON HAJI KABUPATEN BREBES DIBERANGKATKAN


1.219 Calhaj Diberangkatkan

RADAR TEGAL Ditulis oleh Administrator
Monday, 26 October 2009

BREBES - Sebanyak 1.219 jamaah calon haji dari Kabupaten Brebes, kemarin resmi diberangkatkan menuju tanah suci. Sebelum berangkat para calon haji tersebut, lebih dulu masuk asrama Donohudan Solo.

Untuk keberangkatan, menurut Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Brebes, H Mughni Labib, terbagi dalam enam kloter. Kloter 14 dengan calon haji sebanyak 375 orang, berasal dari KBIH Al Hikmah (Sirampog), KBIH Al Mabrur (Brebes), KBIH Arofah (Brebes), KBIH Sofatussuanda (Bumiayu) dan KBIH As Shofa (Losari).

Termasuk dari non KBIH, TPHD dan TKHD. Masuk asramanya, Senin (26/10). Kloter 15 dari KBIH Mina Kecamatan Kersana, dengan calon haji sebanyak 41 jamaah. Masuk asrama (26/10). Kloter 51 non KBIH ditambah TKHD jumlah 12 orang, masuk asramanya, Senin (09/11).

Sedang Kloter 68, dengan calon haji 375 jamaah, berasal dari KBIH Sanabil (Sirampog), KBIH Babussalam (Bumiayu), KBIH AL Mukaromah (Brebes), KBIH Muslimat NU (Ketanggungan), KBIH Arohmah (Banjarharjo). Selain dari non KBIH, TPHD dan TKHD. Untuk kloter 68 masuk asrama, Sabtu (14/11). Kloter 81, calon haji 375 jamaah, yang berasal dari KBIH Multazam (Bulakamba), KBIH Arroudloh ( Songgom), KBIH Miftahul Jannah ( Bulakamba), terakhir dari KBIH AL Jazziroh (Wanasari).

Kloter 82, calon haji berjumlah 41 jamaah berasal dari Kecamatan Salem. Calon haji dari Salem ini masuk asrama Donohudan Solo, Rabu (18/11). Seperti tahun sebelumnya, menjelang keberangkatan ribuan kerabat dekat calon haji memenuhi halaman Islamic Center Jl Yos Sudarso Kota Brebes, Minggu (25/10).

Kedatangan mereka ini tidak lain untuk mengantar, sekaligus mendoakan semoga selamat dalam menunaikan ibadah haji. Mereka datang dengan bermacam kendaraan, bahkan tidak sedikit yang menaiki truk. Tua muda maupun anak-anak tak ketinggalan ikut mengantar.

Seperti diketahui, para pengantar ini dari berbagai kecamatan, seperti dari Kecamatan Salem dan Bantarkawung, Kersana, Songgom, Banjarharjo, serta dari Kecamatan Brebes. Dari mereka ada yang menangis terharu. Dituturkan Muslimah (35), bersukur saudaranya dapat menunaikan ibadah haji. "Sebagai saudara tentu senang dan bangga. Doa kami semoga selamat," kata Muslimah, ditemui disela-sela persiapan keberangkatan kemarin. (din)
Komentar

JEMBATAN KALIBOGO LANGKAP BUMIAYU TAK LAIK


Jembatan Kalibogo Tak Laik

RADAR TEGAL Ditulis oleh Administrator
Monday, 26 October 2009

BUMIAYU - Jembatan gantung Kalibogo sepanjang 50 meter dengan lebar satu meter yang berada di Desa Langkap Kecamatan Bumiayu kondisinya sangat mengkhawatirkan. Salah satu tiang penyangganya yang roboh belum juga diganti.

Akibatnya, pelajar dan warga saat melewatinya bergoyang. Ini tentu sangat membahayakan terutama saat turun hujan bahkan saat ini jembatan itu tidak dapat dilalui oleh sepeda motor. Selain sebagai jalur utama pedukuhan kepusat pemerintahan desa, jembatan tersebut merupakan penghubung Desa Langkap menuju Desa Kalierang. Djasman (48), warga Desa Langkap, mengatakan, keberadaan jembatan gantung sangat dirasakan manfaatnya oleh warga.

"Anak-anak sekolah SD dan SMP tiap hari memanfaatkan jembatan ini untuk menuju kesekolah mereka. Sehingga jika Jembatan Gantung Kalibogo ini sampai putus, warga khususnya yang tinggal di Dukuh Krajan akan kesulitan untuk bisa mencapai pusat pemerintahan desa," kata Djasman.

Lebih Jauh Djasman menguraikan, jika jembatan gantung benar-benar putus, warga terpaksa harus memutar dengan jarak lebih dari tiga kilometer. Kondisi tersebut sangat berbeda jika melalui jembatan yang hanya berja sekitar 300 meter. Terpisah Kades Langkap, Taryono, membenarkan, robohnya tiang penyangga Jembatan Gantung Kalibogo tersebut. Menurutnya, tiang penyangga roboh saat terjadi hujan deras yang mengakibatkan arus sungai yang banjir.

Pembangunan Jembatan Kalibogo sendiri dilaksanakan desa yang selesai pada tahun 1998. Sejak didirikan sampai saat ini, belum pernah mendapat perbaikan. "Mungkin pondasi yag rubuh sudah terlalu tua dan tidak mendapat perawatan, sehingga saat diterjang banjir pilar utama jembatan tersebut roboh," Jelasnya. Taryono tidak memungkiri, jika jembatan tersebut sampai rusak dan putus maka sekitar 120 kepala keluarga (KK) yang tinggal di Dukuh Krajan dan juga anak-anak sekolah akan kesulitan. (pri)