Minggu, 14 Februari 2010

KABAR TONJONG : POTENSI DAN KENDALA INDUSTRI OPAK



Menilik Sentra Industri Krupuk Opak di Desa Tonjong


RADAR TEGAL - MINGGU 14 February 2010
Desa Tonjong, Kecamatan Tonjong, dikenal sebagai daerah penghasil kerupuk berbahan dasar singkong (opak). Sejauhmana potensinya dan kendalanya?

LAPORAN: TEGUH S.

BERDASARKAN data, di Desa Tonjong terdapat lebih dari 50 unit usaha rumah tangga yang menjadikan pembuatan kerupuk opak sebagai sandaraan perekonomian warga.

Tercatat empat pedukuhan yang menjadi sentra pembuatan krupuk opak ini. Di antaranya, Dukuh Krajan, Sokawera, Karangjati, Tonjong Timur, dan Dukuh Gayan.

Dalam proses produksinya, para perajin masih mengolah dengan cara tradisional. Padahal, kerupuk opak buatan Desa Tonjong dipasarkan hingga ke luar kabupaten. Kepala Desa (Kades) Tonjong Maksudi mengatakan, sebagai eksistensi warga dalam menggeluti usaha kerakyatan tersebut, para perajin pernah mengikuti pelatihan penigkatan mutu dan manajemen usaha di Semarang yang difasilitasi pemkab.

’’Perajin juga pernah mendapatkan bantuan alat cetak dari pemkab. Hanya dengan alasan teknis, alat tersebut tidak digunakan. Para perajin kembali mengolah dengan cara tradisional," jelasnya.

Dikatakannya, kendala yang saat ini dialami para perajin yaitu masih belum tercukupinya bahan dasar kerupuk opak berupa singkong. Karena produksi singkong untuk wilayah Kecamatan Tonjong dan sekitarnya tidak lagi mencukupi kebutuhan para perajin.

’’Tanaman singkong baru dapat dipanen satu kali dalam setahun. Sedangkan kebutuhan untuk dijadikan bahan dasar setiap Hari Minggu. Sehingga para perajin terpaksa mendatangkan bahan baku dari luar daerah seperti Kabupaten Tegal," jelas Maksudi.

Kondisi tersebut jelas berdampak pada semakin tingginya anggaran permodalan yang harus dikeluarkan para perajin, hingga pada akhirnya perajin kerupuk opak ini sangat sulit untuk dapat mengembangkan usahanya lebih jauh.

’’Mereka umumnya adalah perajin berskala rumahan, sehingga sangat kesulitan dalam masalah permodalan ini," ungkap Maksudi.

Menurutnya, pemahaman para perajin mengenai akses perbankan yang dapat dijadikan sebagai media permodalan juga sangat minim. Bahkan, mereka merasa takut jika harus mengajukan kredit permodalan melalui perbankan.

’’Untuk itu, saat ini kami tengah mengagas pembentukan koperasi, khususnya bagi para pelaku usaha kerakyatan yang ada di sini. Sehingga diharapkan dengan berdirinya koperasi tersebut dapat dijadikan sebagai penopang masalah permodalan bagi mereka," jelasnya. (*)

1 komentar:

  1. Ayo wong Tonjong di perantauan, ramai ramai mangan opak, rasane gurih sinambi biyantu usaha kampunge dewek. soenarto bekasi

    BalasHapus